MARI BERSAMA GURATKAN KATA UNTUK MENGUBAH DUNIA

Absen dulu

Jumat, 24 Juni 2011

Untukmu Blora Kudendangkan Puisi

Untukmu Blora Kudendangkan Puisi


Bertumpuk gunduk batuan kapur
dalam hamparan semai sawah menyerunai
melukis pandang tanah kelahiranku

di balik sunyi
memendam rasa
pada pucat bulan berselimutkan awan
dan bintang hanya menemani dalam kebisuan
sayu angin mengantar angan
ke tinggi langit mewadahi mimpi kota penuh kedamaian

Blora

Di sini, kejujuran menjadi bahasa budaya
logika terucap dalam percakapan makna
sebuah senjata tanpa senjata
mengawali berdirinya suatu negara yang merdeka

telingaku memerah
ketika mereka menyebut kotaku sebagai "kota mati"
namun aku tak kuasa tuk marah
hanya ribuan kebanggan
jawabku menghidupkan kota tuan

kotaku memang kota mati
jawabku lantang
mati dari polusi
mati dari modernisasi
mati dari hegemoni
mati dari teroris
mati dari liberaliisasi
mati dari teror bom bunuh diri
dan kami dengan bangga akan mematikan apa saja, siapa saja
yang mencoba membunuh budaya
karakteristik dan ketentraman kami

sungguh kotaku tak pernah mati
dari santri belajar mengaji
dari peternak menggembala sapi
dari sawah dicangkuli petani
dari rakyatnya sibuk mengais rezeki

meski, para generasi muda banyak yang lari mengejar mimpi
pergi dari kota asal mereka awal imajinasi
entah lupa, entah kapan kembali

aku merasakan keramahan alam
saat lambaian teduh daun jati
menyambutku pulang rindu tanah berdebu halaman depan
dalam tatanan berunduk pegunungan
hutan jati penuh ilalang
serta hamparan sawah tandus dalam semai
keuletan tangan mengolah serunai

21 juni 2011

Jumat, 24 Desember 2010

Renungan Kurban

Hari ini, banyak kusaksikan mereka mencoba meniru Ibrahim dalam membuktikan ketaatan kepada Rabbnya.
Mengalirkan darah hewan seolah-olah telah menjadi kebanggaan bagi mereka.

Tapi bukan, bukan
mereka bukan Ibrahim dengan kedermawanannya
mereka tidak mampu menyamai Ibrahim
yang dengan penuh ketaatan dalam melaksanakan perintah Rabbnya
mereka pula bukan Ibrahim
yang dengan ikhlas mengurbankan putra tercintanya Isma'il

dan,
apa yang mereka kurbankan bukanlah belahan jiwa, anak mereka
seperti Ibrahim terhadap anaknya Isma'il
apa yang mereka kurbankan pun tidak bisa seikhlas Isma'il
ketika menerima tawaran untuk dikurbankan
karna kurban mereka tak lain adalah hewan-hewan
yang tak memiliki fikiran.

Sapi-sapi yang perkasa,
kambing, domba, dan onta
tak lebih hanyalah secuil dari harta yang mereka puja
yang dengan ganas mereka hunus pedang
tepat pada kerongkongan
langsung mengucurkan anyir darah penghapus dosa.

Dengan ikhlas merekapun bergeming penuh harap
agar kurban-kurban mereka mendapatkan ganti pahala
serupa pahala Ibrahim-Isma'il.

Tuhanku, meski belum mampu hambamu ini untuk ikhlas
seperti keikhlasan Ibrahim-Isma'il
meski kurbanku ini tak sebanding dengan kurban kedua nabiku Ibrahim-Isma'il
meski semua memang selalu meski
namun, ikhlasku masih penuh harap hanya kepada-Mu
untuk Kau terima apa yang aku coba ikhlaskan ini.
Hanya prasangka baikku kepad-Mu wahai Tuhanku
yang selalu coba tertanam dalam benakku.

Blora, 10 dzulhijjah 1431

Sabtu, 19 Juni 2010

Perempatan Bangjo Karangjati

Taukah kau, adik
Setelah sekian lama, seperti baru kemarin
ketika di perempatan bangjo karangjati senyummu membidik
Tepat dihadapku saat mentari pagi mengintip

Wajahmu yang putih semakin tampak rona oleh mentari yang merekah
Ketika kita berjalan agak berjauhan menuju taman ilmu
Aku tahu adik, ketika itu kau sedang gelisah
Meski kau coba menutupinya dimatamu yang sendu

Senyummu memaksaku berhenti berjalan
Tak kuat menahan detak jantung yang semakin kencang
Apa yang membuat senyummu semakin menawan
Apa karna sengaja kau ingin melihatku kembali riang

Seingatku kau hanya menyapa namaku
Atau sengaja kau sembunyikan kalimat dalam ucap sapa
Dan aku setiap kali hanya mampu membalas sapa
Namun saat itu kita serasa terus berbalas padu

Kulihat perempatan bangjo itu lagi
Kini sepi tak ada berhenti bus menghampiri
Kau di mana sekarang adik
Perasaan ingin bertemuku selalu menghardik

Dan di perjalanan sepi pagiku sendiri
Kulihat sekelebat teduh senyummu
Yang lagi-lagi memaksa menghentikan langkahku
Untuk memastikan benarkah itu senyum milikmu.


untuk Karangjati, 2004

Salahkah

Salahkah,
bila kunikmati keindahan wajahmu
dalam kecantikan cermin duniamu
merasakan keteduhan dari dahagaku
dalam kesejukan secuil senyum pemberianmu
menghadirkan getaran keintiman hati
dalam hangat kedekatan diri
menerima ikhlas kelembutanmu
dalam belai tulus lembut tanganmu
menyebut-nyebut namamu
dalam kesendirianku
membayangkan kau memperhatikanku
menghadirkan kehangatan tubuh
dalam peluk dekap hangat haribaanmu
baru setingkat ini yang mampu kulakukan

Allah-ku
jika ini nikmat
ucap syukur apa yang pantas kuungkap
jika ini laknat
mengapa Kau tuliskan
dalam takdir yang tersirat
salahkah caraku?

Minggu, 13 Juni 2010

Lupa

Aku lupa
Kau ingat
Aku lupakan
Kau ingatkan

Aku dilupa
Kau diingat
Aku melupa
Kau mengingat
Aku terlupa
Kau teringat

Aku dilupakan
Kau diingatkan
Aku melupakan
Kau mengingatkan

Aku terlupakan
Kau teringatkan

* entah sampai kapan tiba suatu masa
diri ini benar-benar begitu lupa, dilupa, hingga terlupakan
memaknai kodrat hidup manusia.
meski kau selalu ingat, ingatkan, dan mengingatkan
hingga teringat akan kisah suatu masa.


13 juni 2010

Selasa, 08 Juni 2010

Lamunan

Lamunan

Tak mengerti, tak mau mengerti, atau pura-pura tak mengerti
Tak tahu, tak mau tahu, atau pun pura-pura tak tahu menahu

Melayang terbang lamunanku
tinggi jauh hingga menembus pintu
di mana semua rahasia dari segala rahasia
dijaga ketat oleh para malaikat

berkeliling ku mengitari kokohnya benteng
mencoba mencari celah untuk sekedar mendekat
namun apalah arti usaha yang sia-sia tiada guna

dari kejauhan tempat persembunyianku
tak satupun rahasia itu mampu kutemu
hingga keputus-asaanku memuncak
jatuh kembali lamunan menimpa kesadaranku terhentak

dalam keheningan,
terbesit samar-samar suara bernada teguran
"apakah kau ingin mencoba menjadi musuhku -setan- yang dengan segala kelicikan tak henti-hentinya mencoba mencuri rahasiaku untuk menebar kesesatan kepada manusia,
semua itu bukan urusanmu, tak perlu kau campuri urusanku
hidup, mati, rezeki, masa depan, masa lalu, sorga, neraka
atau apa saja adalah kekuasaanku yang rahasia."

gigil tulang rahangku dalam dingin ketakutan
otot-otot pun tak mampu menggerakkan persendian
menatap kosong jauh mata tak terpejam
meratapi lamunan gila yang sengaja aku terbangkan.


Karanganyar, 7 april 2010

Bapak

Bapak

Berlalu tahun bertambah umur
Berjuta tapak kaki menuntun alur
Blora, Jakarta, Surakarta
Tak peduli mengambang garam pada asin samudra

Di setiap arah mata menatap
Terlihat jelas raut muka tergambar mantap
Memutar bola mengucur air deras meratap
Terbayang paras wajah keriput yang tak lagi mampu kudekap

Hampir tak jelas lagi kini renyah senyum dalam ingatan
Membahana, menghidupkan kebekuan suasana
Mendamaikan kepenatan yang mengganjal dalam dada
Pengganti selimut, hangat dekap peluk tubuh perkasa
Penyegar haus pereda ego lelaki kecil yang ingin tuk dimanja

Andai saja sempat ku memotret saat kau tertawa
Pasti kini sudah ku-posting di facebook, twiter, blogger atau apa saja
Andai dulu dongengmu sempat kurekam
Pasti pula kan ku-upload di Youtube, ziddu, 4shared atau mungkin kusimpan sendiri sebagai harta pribadiku saja
Kan kuperlihatkan senyum dan tawa renyahmu pada cucu-cucumu kelak
Kan kuputar rekaman dongengmu untuk pengantar tidur anak-anakku nanti.

Bapak,
Hanya lewat mimpi saja kudapat bersama tertawa lepas meniru bayang tawamu
Di manapun,
Tak hanya Blora, Jakarta, Surakarta
Akan kupaksahadirkan hangatmu dalam mimpiku
Dan ku hanya mampu menyelipkan namamu dalam wirid dan doaku.

Karanganyar, 16 mei 2010

Minggu, 06 Juni 2010

Heran

Heran

Sungguh heran diriku pada diriku sendiri
Betapa bodohnya menantang ketidakpastian
Tanpa membekali senjata dalam diri
Hanya bermodal memuaskan keinginan

Keinginan yang selalu mengaburkan keinginan,
Melenyapkan tujuan
Melupakan diri yang tak memiliki kemampuan
Terombang ambing dalam luas samudera hayalan

Oh Tuhan,
Persenjatai diriku dengan keikhlasan dan kesabaran
Bekali perjalananku dengan keyakinan akan tujuan
Hanya ridhomu yang selalu kuharapkan.


Karanganyar, 1 maret 2010

Kala

kala

Keinginan hati memaksa pikiranku
tuk menghapus kelam masa lalu,
berharap mampu meringankan beban yg membelenggu.
dan ketika kuputar otak tuk mencari cara termudah menghapusnya
tiba-tiba entah suara siapa dan darimana asalnya
membisikan sesuatu ditelinga
"mengapa tak kau hiasi saja kelam masa lalumu
sebagai pelajaran bagimu,
dan jadikanlah ibroh untukmu
terlebih lagi jika dapat kau mampu
manfaatkannya kepada selain dirimu"

Cipratan Surga Dunia

Adalah sebuah senyum hangat menerpa jiwa
menggetarkan dada, mencairkan kebekuan asa
melemaskan tulang terbalut ari
menyingkapkan tabir kelam dalam imaji

Entah kepada siapa senyum itu tertuju
namun setiap ku melihat, berdiri ku terpaku
ikut menikmati rahmat Tuhanku,
bias keindahan surga yang tergambar dalam senyummu
atau mungkin lezatnya dosa kecil yang meracuni indahnya penglihatanku

Oh, adakah kegelisahan dalam hatimu
pada pencuri nikmat Tuhan lewat senyummu?
jika kebenaran adalah prasangka
maka, akan kucuri dan nikmati dosa kecil itu dalam sembunyiku
agar risaumu tak memudarkan gambaran surga dunia

Maaf,
tlah lancang kumencuri pandang
menikmati rahmat Tuhan yang selalu terhidang
salahku kah memuji nikmat Tuhan melalui ciptaanNya yang begitu terang
atau kebenaran Tuhan menciptakan dan menguji makhlukNya dengan suatu kenikmatan.


Surakarta, 16 maret 2010